Rabu, 04 Maret 2015

Pandangan Pria dan Perangkap Setan


Di penghujung zaman yang semakin sepi ini, perangkap-perangkap setan kian canggih dan modern. Ujian dan godaan para pengikut shirathal mustaqiim kian mengepung, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Harta, tahta, dan wanita adalah godaan yang mengggiurkan itu. Mungkin banyak diantara orang-orang shaleh atau para penggerak dakwah tidak bergeming dengan jebakan harta dan kekuasaan akan tetapi bisa jadi mereka tidak tahan dan akhirnya tergelincir dengan provokasi keindahan wanita atau pun sebaliknya. Maka bersyukurlah kaum Adam yang bisa lolos dari tiga jenis godaan yang mematikan ini.
Setan dalam menggoda manusia memiliki berbagai macam strategi, dan yang sering dipakai adalah dengan memanfaatkan hawa nafsu, yang memang memiliki kecenderungan mengajak kepada keburukan (ammaratun bissu’). Setan tahu persis kecenderungan nafsu kita, dia terus berusaha agar manusia keluar dari garis yang telah ditentukan Allah, termasuk memandangi lawan jenis yang bukan muhrimnya hingga menimbulkan syahwat.
Secara naluri, fitrah manusia memang menyukai keindahan dan memandanginya dengan penuh takjub. Tetapi disinilah peluang fitnahnya. Seperti dalam kisah keindahan rupa Nabi Yusuf as. Yang mampu menghipnotis para wanita istana kala itu. Karena tak tahan, Zulaiha sang permaisuri kerajaan membuat konspirasi untuk menjebak Nabi Yusuf agar mau berzina. Di satu sisi, ketampanan dan kecantikan rupa adalah anugerah yang harus di syukuri, tapi di sisi lain bisa menjadi pintu syaitan untuk mengelabui manusia supaya terjerumus ke lumpur kemaksiatan.
Menurut informasi, jumlah populasi wanita di dunia ini lebih banyak dibanding dengan pria. Konon kabarnya 10:1. Artinya 1 pria diperebutkan 10 wanita. Fenomena ini tentunya, mau tidak mau menimbulkan polemik. Senada dengan itu, Rasulullah Saw. bersabda, “Engkau akan melihat seorang laki-laki diikuti oleh empat puluh wanita, yang tak lain hal ini disebabkan oleh sedikitnya jumlah laki-laki dan banyaknya jumlah wanita”. (HR. Bukhari).
Banyaknya jumlah populasi wanita dan dibarengi tingkah-polahnya mengundang mata kaum pria untuk melotot. Hal inilah yang menjadikan kaum laki-laki harus berjuang ekstra keras, melawan hawa nafsu dan bisikan setan yang berseliweran. Apalagi di zaman sekarang banyak sekali wanita yang tidak menutup aurat di tempat-tempat umum.
Seperti yang dirasakan pemuda tetangga saya, setiap kali melangkahkan kaki ke luar rumah, di dalam angkutan umum, di bis kota, di pinggiran jalan, dan di tempat umum lainnya secara sengaja atau tidak sengaja (terpaksa) melihat aurat wanita. Para wanita ini tanpa merasa bersalah bergentayangan di tempat umum dengan model pakaian serba mini. “Apakah itu tidak menjadi fitnah bagi kaum laki-laki,” keluhnya kepadaku.
Saya juga pernah mengalami keresahan sang pemuda tetangga saya itu, jika saya berjalan di tempat umum, sudut pandang mata saya selalu menemukan para ’mahluk lembut’ dengan model pakaian serba mini dan super ketat. Sedang saya tidak mungkin berjalan dengan terus menerus menundukkan kepala saya. Beruntung, saya mempunyai istri tangguh, yang selalu memberikan warning jika temanya berhubungan dengan mahluk yang bernama wanita. Yang tak bosan memberikan nasihat agar saya tidak tergelincir dalam perangkap setan. “Jangan jadi laki-laki genit, ghodul bashar-lah suamiku,“ kata sang istri mengingatkan.
Pernah suatu ketika, saya meminjam buku dari seorang teman perempuan yang bertemakan ghoswul fikri karya Adian Husaini. Hati kecil saya hanya berniat meminjam buku itu, karena sudah lama saya ingin membaca buku itu tapi belum kesampaian membeli. Saat sang istri tahu bahwa saya pinjam dari seorang teman perempuan, sang istri meradang, setelah seharian perang dingin, barulah mengungkapkan alasannya mengapa dia marah besar. Karena dengan meminjam buku pada lawan jenis adalah salah satu perangkap pintu setan. “Sekarang pinjam buku, besok mendiskusikan buku setelah itu akan berbuat yang lebih jauh lagi!,“ ungkapnya penuh khawatir.
Ia mengatakan istilah persahabatan itu bisa berkonotasi adanya hubungan yang lebih jauh dari sekedar berinteraksi. Istilah persahabatan dengan lawan jenis lebih dekat kepada apa yang dikatakan oleh orang sebagai “teman tetapi mesra”. “Karena itu hendaklah memperhatikan rambu-rambu syariat dalam bergaul wahai suamiku,“ serunya.
Aku pun tertegun dengan argumentasi sang istri, dan memaksa kepalaku untuk manggut-manggut tanda setuju. Walau teman yang meminjamkan buku itu adalah wanita yang sopan, baik akhlak dan pakaiannya, akan tetapi jika keseringan interaksi dan tidak bisa menahan pandangan, maka seperti yang di khawatirkan sang istri, panah setan itu bisa menancap ke ulu hati dan akhirnya akan berujung pada “hubungan tanpa status“. Sebuah kekhawatiran yang wajar.
Memang benar, rekayasa setan itu bisa datang dari mana saja. Apalagi di zaman yang penuh fitnah ini dimana para wanita dengan berani dan bebas mengumbar auratnya di tempat umum, dan ikhtilat dengan lawan jenis pun tak bisa terhindarkan. Bahkan di dunia maya interaksi yang berlebihan dengan lawan jenis dalam situs jejaring sosial bisa menimbulkan fitnah dan sudah memakan korban, rusaknya hubungan rumah tangga karena sang istri atau suami berselingkuh dengan teman lawan jenisnya di situs jejaring itu.
Dari sinilah keimanan kita di uji. Mampukah kita melawan tiga jenis godaan itu? Khusus untuk ujian dan godaan jenis wanita, saya akan selalu ingat-ingat pesan istri, “Tundukkanlah pandanganmu wahai suamiku!”
Sumber: eramuslim

0 komentar:

Posting Komentar