Di
penghujung zaman yang semakin sepi ini, perangkap-perangkap setan kian canggih
dan modern. Ujian dan godaan para pengikut shirathal
mustaqiim kian mengepung, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Harta,
tahta, dan wanita adalah godaan yang mengggiurkan itu. Mungkin banyak diantara
orang-orang shaleh atau para penggerak dakwah tidak bergeming dengan jebakan
harta dan kekuasaan akan tetapi bisa jadi mereka tidak tahan dan akhirnya
tergelincir dengan provokasi keindahan wanita atau pun sebaliknya. Maka
bersyukurlah kaum Adam yang bisa lolos dari tiga jenis godaan yang mematikan
ini.
Setan
dalam menggoda manusia memiliki berbagai macam strategi, dan yang sering
dipakai adalah dengan memanfaatkan hawa nafsu, yang memang memiliki
kecenderungan mengajak kepada keburukan (ammaratun
bissu’). Setan tahu persis kecenderungan nafsu kita, dia terus berusaha
agar manusia keluar dari garis yang telah ditentukan Allah, termasuk memandangi
lawan jenis yang bukan muhrimnya hingga menimbulkan syahwat.
Secara
naluri, fitrah manusia memang menyukai keindahan dan memandanginya dengan penuh
takjub. Tetapi disinilah peluang fitnahnya. Seperti dalam kisah keindahan rupa
Nabi Yusuf as. Yang mampu menghipnotis para wanita istana kala itu. Karena tak
tahan, Zulaiha sang permaisuri kerajaan membuat konspirasi untuk menjebak Nabi
Yusuf agar mau berzina. Di satu sisi, ketampanan dan kecantikan rupa adalah
anugerah yang harus di syukuri, tapi di sisi lain bisa menjadi pintu syaitan
untuk mengelabui manusia supaya terjerumus ke lumpur kemaksiatan.
Menurut
informasi, jumlah populasi wanita di dunia ini lebih banyak dibanding dengan
pria. Konon kabarnya 10:1. Artinya 1 pria diperebutkan 10 wanita. Fenomena ini
tentunya, mau tidak mau menimbulkan polemik. Senada dengan itu, Rasulullah Saw.
bersabda, “Engkau akan melihat seorang laki-laki diikuti oleh empat puluh
wanita, yang tak lain hal ini disebabkan oleh sedikitnya jumlah laki-laki dan
banyaknya jumlah wanita”. (HR. Bukhari).
Banyaknya
jumlah populasi wanita dan dibarengi tingkah-polahnya mengundang mata kaum pria
untuk melotot. Hal inilah yang menjadikan kaum laki-laki harus berjuang ekstra
keras, melawan hawa nafsu dan bisikan setan yang berseliweran. Apalagi di zaman
sekarang banyak sekali wanita yang tidak menutup aurat di tempat-tempat umum.
Seperti
yang dirasakan pemuda tetangga saya, setiap kali melangkahkan kaki ke luar
rumah, di dalam angkutan umum, di bis kota, di pinggiran jalan, dan di tempat
umum lainnya secara sengaja atau tidak sengaja (terpaksa) melihat aurat wanita.
Para wanita ini tanpa merasa bersalah bergentayangan di tempat umum dengan
model pakaian serba mini. “Apakah itu tidak menjadi fitnah bagi kaum
laki-laki,” keluhnya kepadaku.
Saya
juga pernah mengalami keresahan sang pemuda tetangga saya itu, jika saya
berjalan di tempat umum, sudut pandang mata saya selalu menemukan para ’mahluk
lembut’ dengan model pakaian serba mini dan super ketat. Sedang saya tidak
mungkin berjalan dengan terus menerus menundukkan kepala saya. Beruntung, saya
mempunyai istri tangguh, yang selalu memberikan warning jika temanya berhubungan dengan mahluk yang bernama wanita.
Yang tak bosan memberikan nasihat agar saya tidak tergelincir dalam perangkap
setan. “Jangan jadi laki-laki genit, ghodul
bashar-lah suamiku,“ kata sang istri mengingatkan.
Pernah
suatu ketika, saya meminjam buku dari seorang teman perempuan yang bertemakan ghoswul
fikri karya Adian Husaini. Hati kecil saya hanya berniat meminjam buku itu,
karena sudah lama saya ingin membaca buku itu tapi belum kesampaian membeli.
Saat sang istri tahu bahwa saya pinjam dari seorang teman perempuan, sang istri
meradang, setelah seharian perang dingin, barulah mengungkapkan alasannya
mengapa dia marah besar. Karena dengan meminjam buku pada lawan jenis adalah
salah satu perangkap pintu setan. “Sekarang pinjam buku, besok mendiskusikan
buku setelah itu akan berbuat yang lebih jauh lagi!,“ ungkapnya penuh khawatir.
Ia
mengatakan istilah persahabatan itu bisa berkonotasi adanya hubungan yang lebih
jauh dari sekedar berinteraksi. Istilah persahabatan dengan lawan jenis lebih
dekat kepada apa yang dikatakan oleh orang sebagai “teman tetapi mesra”.
“Karena itu hendaklah memperhatikan rambu-rambu syariat dalam bergaul wahai
suamiku,“ serunya.
Aku
pun tertegun dengan argumentasi sang istri, dan memaksa kepalaku untuk
manggut-manggut tanda setuju. Walau teman yang meminjamkan buku itu adalah
wanita yang sopan, baik akhlak dan pakaiannya, akan tetapi jika keseringan
interaksi dan tidak bisa menahan pandangan, maka seperti yang di khawatirkan
sang istri, panah setan itu bisa menancap ke ulu hati dan akhirnya akan
berujung pada “hubungan tanpa status“. Sebuah kekhawatiran yang wajar.
Memang
benar, rekayasa setan itu bisa datang dari mana saja. Apalagi di zaman yang
penuh fitnah ini dimana para wanita dengan berani dan bebas mengumbar auratnya
di tempat umum, dan ikhtilat dengan lawan jenis pun tak bisa terhindarkan.
Bahkan di dunia maya interaksi yang berlebihan dengan lawan jenis dalam situs
jejaring sosial bisa menimbulkan fitnah dan sudah memakan korban, rusaknya
hubungan rumah tangga karena sang istri atau suami berselingkuh dengan teman
lawan jenisnya di situs jejaring itu.
Dari
sinilah keimanan kita di uji. Mampukah kita melawan tiga jenis godaan itu?
Khusus untuk ujian dan godaan jenis wanita, saya akan selalu ingat-ingat pesan
istri, “Tundukkanlah pandanganmu wahai suamiku!”
0 komentar:
Posting Komentar