Terdapat sekitar 10.000 spesies burung di dunia. Seperti krokodilia, burung adalah arkosaurus, namun hampir semua ciri-ciri anatomi burung telah termodifikasi dalam adaptasi untuk terbang.
Ciri-ciri turunan burung
Banyak ciri-ciri burung merupakan
adaptasi yang memfasilitasi kemampuan terbang, termasuk modifikasi
peringan-tubuh yang menjadikan terbang lebih efisien. Misalnya, burung
tidak memiliki kandung kemih, dan betina dari kebanyakan spesies hanya
memiliki satu ovarium. Gonad betina maupun jantan biasanya berukuran
kecil, kecuali pada saat musim kawin, saat ukuran gonad membesar. Burung
yang masih ada juga tidak memiliki gigi, adaptasi yang memangkas bobot
kepala.
Adaptasi burung yang
paling jelas untuk terbang adalah sayap dan bulunya. Bulu terbuat dari
protein B-keratin, yang juga ditemukan pada sisik reptil-reptil lain.
Bentuk dan susunan bulu membentuk sayap menjadi arfoil-permukaan yang
menghasilkan gaya angkat di udara, dan mereka mengilustrasikan beberapa
prinsip yang sama dengan aerodinamika sayap pesawat terbang. Daya untuk
mengepakkan sayap berasal dari kontraksi otot-otot pektoral (dada ) yang
besar dan tertambat pada sebuah taju di sternum (tulang lunas dada).
Beberapa jenis burung, misalnya elang dan rajawali, memiliki sayap yang
teradaptasi untuk melayang seiring aliran udara dan hanya perlu
mengepakkan sayap sesekali; burung yang lain, termasuk kolibri, harus
terus-menerus mengepakkan sayapnya agar mengambang di udara. Salah satu burung tercepat adalah walet, yang dapat terbang hingga kecepatan 170 km/jam.
Terbang
memberikan banyak keuntungan. Hal tersebut mampu memudahkan perburuan
dan pengumpulan bangkai; kebanyakan burung mengonsumsi serangga terbang,
sumber makanan yang kaya nutrien dan berlimpah. Terbang juga memudahkan
burung untuk melarikan diri dari predator di permukaan tanah dan
memungkinkan beberapa burung bermigrasi jarak jauh untuk mengeksploitasi
sumber makanan yang berbeda dan wilayah perbiakan musiman.
Terbang
membutuhkan banyak sekali energi dari metabolisme yang aktif. Burung
bersifat endotermik; mereka menggunakan panas metaboliknya sendiri untuk
mempertahankan suhu tubuh yang tinggi dan konstan. Bulu dan lapisan
lemak pada beberapa spesies menyediakan insulasi yang menyebabkan burung
mampu mempertahankan panas tubuh. Paru-parunya memiliki saluran-saluran
kecil yang mengarah ke dan dari kantong udara elastis yang meningkatkan
aliran udara dan pengambilan oksigen. Sistem pernapasan yang efisien
ini dan sistem sirkulasi dengan jantung yang memiliki ruang berjumlah
empat untuk menjaga jaringan-jaringan agar tetap disuplai oleh oksigen
dan nutrien yang cukup, sehingga mendukung metabolisme dengan laju yang
tinggi.
Terbang juga
membutuhkan penglihatan yang tajam dan kontrol otot yang halus. Burung
memiliki penglihatan yang tajam. Area visual dan motorik otak berkembang
dengan baik, dan otak lebih besar secara proporsional dibandingkan
dengan amfibia, dan reptil nonburung.
Burung biasanya
menunjukkan perilaku yang sangat kompleks, terutama selama musim kawin,
ketika mereka terlibat dalam ritual percumbuan yang rumit. Karena
telur-telur memiliki cangkang saat dikeluarkan, fertilisasi harus
berlangsung secara internal. Kopulasi biasanya melibatkan kontak
antarventilasi pasangan, bukaan kloaka dari pasangan yang kawin. Setelah
telur dikeluarkan, embrio burung harus dijaga agar tetap hangat dengan
dierami oleh induk betina, induk jantan, atau keduanya bergantung pada
spesiesnya.
Asal-usul Burung
Analisis
spesies dari burung dan fosil reptil mengindikasikan bahwa burung
tergolong ke dalam kelompok sauriskia bipedal yang disebut teropoda.
Sejak akhir 199-an, para ahli paleontologi Cina telah menggali banyak
sekali fosil teropod berbulu yang mengungkapkan asal-usul burung.
Beberapa spesies dinosaurus berkerabat dengan burung-burung yang
memiliki bulu dengan helaian halus, dan terdapat lebih banyak spesies
yang memiliki bulu berfilamen. Temuan semacam itu mengimplikasikan bahwa
bulu telah dievolusikan jauh sebelum kemampuan terbang yang kuat.
Fungsi yang mungkin dijalankan oleh bulu-bulu awal antara lain adalah
insulasi, kamuflase, dan pertunjukan percumbuan.
Bagaimana
terbang dievolusikan pada teropoda? Menurut salah satu skenario, bulu
memungkinkan dinosaurus pelari bertubuh kecil yang mengejar mangsa atau
melarikan diri dari predator untuk memperoleh angkatan ekstra ketika
mereka melompat ke udara. Dinosaurus kecil mungkin memperoleh traksi
saat lari menaiki bukit dengan mengepak-ngepakkan tungkai depan yang
berbulu. perilaku yang ditunjukkan oleh beberapa jenis burung masa kini.
Pada skenario ketiga, beberapa dinosaurus mungkin memanjat pohon dan
meluncur dibantu oleh bulu-bulunya. Entah burung lepas landas dari tanah
ke atas atau melompat dari pohom ke bawah, tetapi pertanyaannya
kemudian menurut para saintis dan ahli paleontologi hingga insinyur
adalah bagaimana ayunan terbangnya yang efisien bisa berevolusi.
Sekitar 150
juta tahun lalu, teropoda berbulu telah berevolusi menjadi burung.
Archaeoptery, yang ditemukan di sebuah pertambangan gamping di jerman
pada 1861, tetap merupakan burung tertua yang diketahi. Burung ini
memiliki sayap berbulu namun masih mempertahankan karakter-karakter
nenek moyang seperti gigi, jari bercakar pada sayap, dan ekor yang
panjang. Archaeopteryx terbang dengan baik pada kecepatan tinggi, namun
tidak seperti burung masa kini, ia tidak dapat lepas landas dari posisi
beridiri. Fosil-fosil burung yang muncul berikutnya pada Periode Kreta
menunjukkan hilangnya ciri-ciri nenek moyang dinosaurus tertentu secara
bertahap, misanya gigi-gigian dan tungkai depan yang bercakar serta
perolehan inovasi-inovasi yang ditemukan pada burung yang masih ada,
termasuk ekor pendek yang ditutpi oleh bulu kipas
0 komentar:
Posting Komentar