ALUMINIUM
a.
Pembuatan Aluminium
Meskipun
aluminium tergolong melimpah d kulit bumi, mineral yang dapat dijadikan sumber
komersial aluminium hanya bauksit. Bauksit mengandung aluminium sebagai
aluminium oksida (Al2O3). Pengolahan aluminium dari bauksit ini berlangsung
dalam dua tahap. Tahap pertama adalah pemurnian bauksit sehingga diperoleh
aluminium oksida murni (alumina). Tahap kedua adalah peleburan (reduksi)
alumina.
Pengolahan
aluminium oksida dari bauksit didasarkan pada sifat amfoter dari oksida aluminium
itu. Pengotor utama dalam bauksit biasanya terdiri atas SiO2, Fe2O3,
dan TiO2. Apabila bauksit dilarutkan dalam larutan natrium
hidroksida, maka aluminium oksida akan larut sedangkan pengotornya tidak.
Al2O3(s)
+2NaOH(aq) +3H2O(l) → 2NaAl(OH)4(aq)
Pengotor dipisahkan dengan
penyaringan. Selanjutnya, aluminium diendapkan dari filtrate dengan mengalirkan
gas karbon dioksida dan pengenceran.
2NaAl(OH)4(aq) + CO2(g)
→ 2Al(OH)3(s) +Na2CO3(aq) +H2O(l)
Endapan aluminium hidroksida
disaring, dikeringkan lalu dipanaskan sehingga diperoleh aluminium oksida murni
(alumina).
Selanjutnya
pada tahap kedua, reduksi aluminium oksida dilakukan melalui elektrolisis
menurut proses Hall-Heroult. Metode elektrolisis itu ditemukan secara
terpisah tetapi hamper bersamaan pada tahun 1886 oleh dua orang peneliti muda,
yaitu Charles M.Halt di Amerika Serikat dan Paul Heroult di
Perancis. Kita ingat bahwa aluminium oksida mempunyai titik leleh yang sangat
tinggi, yaitu lebih dari 2000⁰C. Oleh karena itu, elektrolisis
lelehan aluminium oksida murni tidak ekonomis. Dalam proses Hall-Heroult,
aluminium oksida dilarutkan dalam lelehan kriolit (Na3AlF6)
dalam bejana dari baja berlapis grafit yang sekaligus berfungsi sebagai katode.
Dengan cara itu, elektrolisis dapat dilangsungkan pada suhu 950⁰C. Sebagai anode digunakan batang grafit. Elektrolisis
menghasilkan aluminium di katode, sedangkan di anode terbentuk gas oksigen dan
karbon dioksida. Sebenarnya reaksi elektrolisis ini berlangsung rumit dan belum
sepenuhnya dipahami, tetapi dengan mengacu pada hasil akhirnya dapat dituliskan
sebagai berikut.
Al2O3(l) → 2Al3+(l)
+ 3O2-(l)
Katode: Al3+(l)
+ 3e → Al(l)
Anode: 2O2-(l)
→ O2(g) +4e
C(s) + 2O2-(l)
→ CO2(g) + 4e
Jadi selama
elektrolisis, anode terus menerus dihabiskan. Untuk memproduksi 1 kg aluminium,
rata-rata dihabiskan 0,44 kg anode karbon.
b.
Penggunaan Aluminium dan Senyawanya
1. Aluminium
Aluminium
memiliki banyak kegunaan. Penggunaan aluminium didasarkan pada beberapa
sifatnya yang khas, yaitu:
· Ringan (massa
jenis 2,7 g cm-3),
·
Tahan karat,
·
Mudah dibentuk,
·
Dapat dipadu dengan logam lain, dan
·
Tidak beracun.
·
Berikut
ini diberikan beberapa contoh penggunaan aluminium.
1. Sektor
industri otomotif: untuk membuat bak truk dan komponen kendaraan bermotor
lainnya, untuk membuat badan pesawat terbang.
2. Sektor
pembangunan perumahan: untuk kusen dan jendela.
3. Sektor
industri dan makanan: aluminium foil dan kaleng aluminium untuk kemasan
berbagai jenis produk makanan dan minuman.
4. Sektor
lainnya: untuk kabel listrik, perabotan rumah tangga, dan barang kerajinan.
5. Membuat termit, yaitu campuran serbuk
aluminium dengan serbuk besi (III) oksida. Termit digunakan untuk mengelas baja
di tempat, misalnya untuk menyambung rel kereta api. Campuran itu bereaksi
sangat eksoterm sehingga panas yang dihasilkan dapat melelehkan baja, sementara
besi yang terbentuk akan menyambung baja yang dilas. Persamaan reaksinya adalah:
2Al
+Fe2O3 → Al2O3 + 2Fe
2. Aluminium
sulfat [Al2(SO4)3]
Aluminium
sulfat yang digunakan pada pengolahan air minum, yaitu untuk mempercepat
koagulasi lumpur koloidal.
0 komentar:
Posting Komentar