The Final Destination
Berbeda
dengan Seri Final Destination sebelumnya, sekuel kali ini nggak cuma
menampilkan kelanjutan cerita takdir kematian yang terus mengejar
sekelompok remaja lewat mimpi. Tapi juga teknologi yang dipakai untuk
nontonnya nanti memakai sistem 3 Dimensi/3D. Kamu akan lihat dahsyatnya
mobil yang bisa terlempar kayak mau keluar dari layar.
Meski dua sekuel terakhirnya sama sekali tidak berhubungan satu sama lain, film ini memiliki benang merah cerita yang sama, tentang firasat sebuah kecelakaan. Dimainkan oleh sederet pemain muda yang belum terkenal, film ini memakai alur flash back sebagai plot cerita. Untuk yang ingin merasakan sensasi lebih, film ini juga telah merilis versi 3D.
Film produksi New Line Cinema ini dimulai saat Nick O'Bannon (Bobby Campo) bersama pacarnya, Lori Milligan (Shantel VanSanten) serta teman-temannya Hunt Wynorski (Nick Zano), Janet Cunningham (Haley Webb) sedang asyik menonton pertandingan balapan mobil di sebuah sirkuit. Bannon tiba-tiba mendapatkan serangkaian firasat tentang kecelakaan yang akan menimpa tempat mereka menonton, yaitu di tribun 180.
Nick O'Bannon yang punya indera keenam, berfirasat menyeramkan soal kecelakaan dahsyat yang akan dialami di sirkuit balapan. Maka buru-buru saja Nick berusaha meyakinkan teman-temannya untuk cepat pergi sebelum jadi kenyataan. Beruntung saja Nick dan teman-temannya selamat. Tapi nggak begitu saja mereka lepas dari kematian, kejadian yang lebih menyeramkan terus-terusan mengejar kehidupannya.
Final Destination yang keempat ini sengaja dibikin dengan teknologi 3D pertama untuk memberi sensasi baru dalam menonton film horor, kalau dilihat keseluruhan agaknya mirip sama film action. Disutradarai sama David R. Ellis dan penulis Eric Bress, film produksi The New Line Cinema ini penonton bakalan lihat banyak gambar-gambar bergerak kayak mau keluar dari layar dan langsung menyerang.
Namun ini bukanlah sebuah akhir, satu per satu dari mereka yang selamat mulai menemui ajal dengan cara yang mengenaskan dan tidak terduga. Sepanjang durasi yang mencapai 90 menit bersiaplah melihat dengan jelas bagaimana korban yang selamat dari sirkuit maut menemui kematian yang telah “ditakdirkan”.
Urutan kematian dari korban yang selamat setelah terhindar dari maut masih menjadi cerita utama film ini. Ketegangan film yang dibangun sutradara David Ellis yang juga membesut sekuel ke-2 "Final Destination" masih membalut beberapa adegan tragis, seperti muncratan darah atau korban yang terseret hingga terbakar.
Tidak heran kalau film ini masuk rating R (Restricted), artinya anak-anak usia 18 tahun ke bawah haram hukumnya melihat adegan sadis yang ditonjolkan.
Untuk nonton film seperti ini begini mesti menggunakan kacamata khusus. Tapi sayangnya, untuk di Indonesia sendiri, bioskop yang baru memakai teknologi 3D baru bioskop Blitzmegaplex. Kalau nontonnya di bioskop XXI atau 21 cuma memakai format standar.
Meski dua sekuel terakhirnya sama sekali tidak berhubungan satu sama lain, film ini memiliki benang merah cerita yang sama, tentang firasat sebuah kecelakaan. Dimainkan oleh sederet pemain muda yang belum terkenal, film ini memakai alur flash back sebagai plot cerita. Untuk yang ingin merasakan sensasi lebih, film ini juga telah merilis versi 3D.
Film produksi New Line Cinema ini dimulai saat Nick O'Bannon (Bobby Campo) bersama pacarnya, Lori Milligan (Shantel VanSanten) serta teman-temannya Hunt Wynorski (Nick Zano), Janet Cunningham (Haley Webb) sedang asyik menonton pertandingan balapan mobil di sebuah sirkuit. Bannon tiba-tiba mendapatkan serangkaian firasat tentang kecelakaan yang akan menimpa tempat mereka menonton, yaitu di tribun 180.
Nick O'Bannon yang punya indera keenam, berfirasat menyeramkan soal kecelakaan dahsyat yang akan dialami di sirkuit balapan. Maka buru-buru saja Nick berusaha meyakinkan teman-temannya untuk cepat pergi sebelum jadi kenyataan. Beruntung saja Nick dan teman-temannya selamat. Tapi nggak begitu saja mereka lepas dari kematian, kejadian yang lebih menyeramkan terus-terusan mengejar kehidupannya.
Final Destination yang keempat ini sengaja dibikin dengan teknologi 3D pertama untuk memberi sensasi baru dalam menonton film horor, kalau dilihat keseluruhan agaknya mirip sama film action. Disutradarai sama David R. Ellis dan penulis Eric Bress, film produksi The New Line Cinema ini penonton bakalan lihat banyak gambar-gambar bergerak kayak mau keluar dari layar dan langsung menyerang.
Namun ini bukanlah sebuah akhir, satu per satu dari mereka yang selamat mulai menemui ajal dengan cara yang mengenaskan dan tidak terduga. Sepanjang durasi yang mencapai 90 menit bersiaplah melihat dengan jelas bagaimana korban yang selamat dari sirkuit maut menemui kematian yang telah “ditakdirkan”.
Urutan kematian dari korban yang selamat setelah terhindar dari maut masih menjadi cerita utama film ini. Ketegangan film yang dibangun sutradara David Ellis yang juga membesut sekuel ke-2 "Final Destination" masih membalut beberapa adegan tragis, seperti muncratan darah atau korban yang terseret hingga terbakar.
Tidak heran kalau film ini masuk rating R (Restricted), artinya anak-anak usia 18 tahun ke bawah haram hukumnya melihat adegan sadis yang ditonjolkan.
Untuk nonton film seperti ini begini mesti menggunakan kacamata khusus. Tapi sayangnya, untuk di Indonesia sendiri, bioskop yang baru memakai teknologi 3D baru bioskop Blitzmegaplex. Kalau nontonnya di bioskop XXI atau 21 cuma memakai format standar.
0 komentar:
Posting Komentar